Kamis, 22 Mei 2014

Ujian Terberat

Guncangan itu dirasakan Iswan tidak lama ketika Tika mengatakan hal itu. Hari harinya kini Iswan rasakan penuh kehampaan, kekosongan, kehilangan arah, dan hal hal yang berdampak karena sakit hati yang teramat. Kesalahan terbesar Iswan memang karena terlalu dalam mencintai Tika, memberikan sepenuh hatinya untuk Tika. Sejak saat itu senyumnya menghilang, sinar mukanya seketika redup karena momen itu, dan kini dia lebih banyak merenung, di masjid.

Iswan merasa sejak saat itu jiwanya tertampar oleh skenario yang dibuat oleh Allah. Iswan kini lebih dekat dengan Allah, meskipun intensitasnya masih terbilang sedikit. Namun jika dibandingkan dengan dirinya yang dulu, kini Iswan terlihat lebih alim, agamis, dan hal-hal sebagainya yang menurut pandangan orang lain adalah dekat dengan agama.

Hari demi hari dia lalui dengan tenang karena sudah mendekat dengan Allah. Tetapi selalu masih ada saja yang terganjal dalam hatinya, terlebih ketika dia mendatangi kampusnya, entah untuk kuliah, rapat, atau kegiatan lainnya. Rasanya masih ada perasaan yang belum tersampaikan, pengakuan yang tergantung diantara atap atap kampus itu, dan rasa kebencian yang terselip diantara tembok-tembok kampus. Entah kenapa Iswan selalu merasakan, meskipun dia sudah lebih tenang dari sebelumnya. Termasuk pada saat dia bergaul, berorganisasi, dan juga kuliah. Seakan semester yang ia lalui saat ini terasa sungguh berat. Terlebih ketika dia berpapasan ataupun sekadar melihat paras Tika, rasanya ada dendam, kebencian, dan sakit yang ada pada hatinya yang teramat. Iswan tidak hanya merasakan seperti itu. Dia juga rasanya mengalami pergolakan didalam hatinya, antara melepaskannya dan memaafkannya atau sama sekali tidak memaafkan Tika, selamanya. Terkadang Iswan memberikan pembenaran dengan mengatakan bahwa dia tidak ingin menjadi musuh dengan Tika, namun dia ingin menjaga jarak dengan Tika untuk beberapa waktu. Bukan hanya kepada Tika saja, dia juga masih menyimpan kebencian dengan sahabatnya, Bahaduri. Namun kadar kebenciannya tidak sebesar yang dia miliki untuk Tika. Seakan akan Iswan mengatakan pada dirinya sendiri, 'ini ujian terberatku selama aku hidup' karena pada kenyataannya demikian. Dia berada pada satu titik yang mana keputusannya sangat berpengaruh pada kehidupannya nanti

Pada satu waktu, Iswan mendapatkan ketenangan saat dia berbincang dengan salah seorang temannya yang memang mengerti, dapat dipercaya (baginya), mau mendengarkan, dan mau menenangkan. Pada titik itulah dia berhasil melupakan apa yang ia rasakan beberapa waktu sebelumnya.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

gak nyangka masih lanjut...